SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1437 H /2016 M : Maaf Lahir dan Bathin

Sabtu, 29 Desember 2012

HARI JADI KETAPANG 11 MARET 1418 M



Ditetapkannya Perda Hari Jadi Ketapang secara bersama oleh DPRD dan Pemerintah Kabupaten (Bupati) Ketapang dalam rapat Paripurna DPRD Ketapang tanggal 30 Oktober 2012 merupakan indikasi Pemerintahan Daerah pada diskursus tentang eksistensi sebuah peradaban dan sejarah sosialnya yang kemudian hari menjadi wilayah dan daerah Ketapang serta beberapa daerah otonom lainnya di  Kalimantan Barat dalam sebuah Negara bangsa yang disebut Indonesia.

Menurut Ketua DPRD Ketapang H. Gusti Kamboja yang juga Pangeran Ratu Kertanegara Kerajaan Matan, Penetapan Hari Jadi Ketapang tidak hanya melahirkan kepastian sejarah lokal (local historical necessity) tetapi juga soal kewajaran sejarah (historical fairness) dan lebih dari itu memunculkan semacam kepercayaan diri masyarakat Ketapang dengan identitas lokalnya.

Peristiwa ini cukup fenomenal, mengingat proses pencarian identitas ini sudah merentang cukup lama baik dalam kajian keilmuan dan pemerintahan.
Pada proses pencarian kepastian sejarah telah banyak pihak yang melibat diri, mulai dari pemerintah, pemerhati kebudayaan, sejarahwan, akademisi, tokoh masyarakat dan berbagai pihak lainnya. Beberapa kegiatanpun telah dilakukan, mulai dari diskusi, seminar dan dengar pendapat. Dukungan ini telah diberikan oleh para pihak, mulai dari tokoh masyarakat, seluruh anggota DPRD Ketapang dan Bupati Ketapang, Henrikus.

Dalam penetapan tahun hari jadi Ketapang didasarkan pada prasasti Nisan Makam Keramat Sembilan di Negeri Baru yang bertarikh tahun 1340 Saka atau 1418 Masehi dan merupakan prasasti sejarah tertua yang ditemukan di Kalimantan Barat. Pada prasasti tersebut terdapat angka tahun dengan aksara Sanskerta. Bahasa Sanskerta merupakan rumpun bahasa Indo- Eropa, Indo-Iran, Indo-Arya dan merupakan bahasa klasik India yang digunakan dalam agama Hindu dan Budha. Kata Sanskerta artinya bahasa yang sempurna, tinggi dan berbudaya, lawan dari bahasa Prakerta atau bahasa rakyat. Bahasa ini memiliki usia sejarah yang cukup tua dan ditarikhkan berasal dari sekitar tahun 1700 SM (sebelum masehi).

Kemudian untuk penetapan tanggal dan bulannya didasarkan pada peristiwa pemindahan pusat kerajaan Matan-Tanjungpura ke Mulia Kerta pada tanggal 11 Maret 1876. Jadi dengan menggabungkan dua fakta sejarah lokal tersebut hari jadi Ketapang ditetapkan pada tanggal 11 Maret 1418 M. 

Lebih Lanjut H. Gusti Kamboja mengatakan bahwa ada juga fakta sejarah Ketapang dalam Kronik Cina Chu-Fan Chi  dan sejarah Dinasti Sung (960-1279 buku 489) yang melaporkan, pada tahun 977 M kerajaan Tan-jung wu-lo mengirimkan tiga duta ke istana Sung, begitu juga dalam Prasasti Waringin Pitu (1447 M), wilayah geografis Ketapang dahulu yang disebut Tanjungpura  merupakan nama ibukota negara untuk wilayah  Tanjungnagara (Pulau Kalimantan). Namun kedua bukti fakta sejarah tersebut tidak berada di Ketapang, Prasasti Warigin Pitu letaknya di Jawa Timur serta lebih muda tahunnya dari prasasti Keramat Sembilan dan manuskrip  kronik Chu-Fan Chi berada di Cina.

Dengan demikian hanya peristiwa sejarah pemindahan pusat kerajaan dari Muara Kayong ke Mulia Kerta dan prasasti Makam Keramat Sembilan memiliki kepastian sejarah lokal  (local historical necessity) sosial Ketapang dan kewajaran sejarah (historical fairness) dalam pendirian pemukiman, tatanan sosial dan budaya yang tertua di Kalimantan Barat. (Keraton Matan-Ketapang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar